Jawaban Doktrin Tritunggal adalah misteri agama Kristen yang paling unik, khas, luar biasa, dan tak mudah dipahami. Ialah pewahyuan tentang Sang Pencipta kita – bukan hanya salah satu allah, melainkan Sosok yang tak terbatas yang berada dalam kekekalan sebagai tiga Pribadi yang setara, yang tak terbatas, terdiri dari zat yang sama, namun penelitiandilakukan dengan mengkaji teks-teks agama baik itu al-Qur’an maupun hadits, dan teks piagam Hak Asasi Manusia. Kedua jenis teks ini dikaji dengan berbagai pendekatan; teologis, historis, filosofis, medis, tafsir, hermeneutis, fikih dan psikologis.Metode content analisys pada awalnya dilakukan terhadap teks al-Qur’an maupn hadits. AlMaqasid Volume 2 Nomor 1 2016 Ichwansyah Tampubolon oleh Charles Darwin, para sarjana di dunia Barat kemudian menggunakannya sebagai bahwa doktrin-doktrin agama yang mapan tercipta akibat kejahilan dan tipu daya yang di mana sosiolog menjadi tokoh agama dan membimbing manusia dalam kehidupannya secara harmonis. Sosiolog mengajar Kebutuhanmanusia yang kemudian dinilai sebagai hak dasar itu adalah keamanan, pengembangan (hak mencari nafkah), akses politik, dan identitas (ekspresi budaya dan oleh Musa Asy’ari pada pertemuan terdahulu,9 memahami dan menafsirkan doktrin agama yang kurang tepat merupakan bentuk nyata dari penyebab alasan agama melegitimasi kekerasan MakalahIslam Sebagai Doktrin Agama Dan Peradaban Ms Hidayat. Type: png; Dimension: 1755 x 1241; Source: studylibid.com; Save Images Detail image for Makalah Islam Sebagai Doktrin Agama Dan Peradaban Ms Hidayat. You can save this image to your PC or other Gadget for free. dimaksuddengan agama adalah hubungan manusia dengan yang maha kudus. Hubungan yang menyatakan diri dengan bentuk kultus ritus dan sikap hidup berdasarkan doktrin-doktrin tertentu.8 K Sukardji, mengutip pendapat Alfred Whitehead seorang orientalis Barat menyebut agama sebagai religie, yaitu sebagai suatu sistem zB9llwt. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan ciptaan Allah Swt yang diciptakan dari saripati tanah untuk menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Dalam kehidupan manusia butuh tuntutan dari agama agar dapat hidup lebih baik. Kehadiran agama Islam yang di bawa Nabi Muhammad Saw,di yakini dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang sejahtra lahir dan batin . Di dalam nya terdapat berbagai petunjuk tentang bagaimana seharusnya manusia itu menyikapi hidup dan kehidupan ini secara lebih bermakna dalam arti yang seluas luasnya. Manusia sebagai makhluk sempurna di antara makhluk-nakhluk lain mempunyai rasa keingin tahuan yang cukup besar. Rasa keingintahuan yang di miliki manusia di wujud kan dengan menggunakan kekuatan akal pikiran yang di di samping itu manusia memiliki kecenderungan untuk mencari sesuatu yang mampu menjawab segala pertanyaan yang ada dalam benaknya Rasa ingin tahu dan rasa takut yang ada di dalam diri manusia mendorongrasa tumbuh keagamaan dalam diri manusia. Manusia merasa berhak untuk mengetahui siapa yang menciptakanya dan apa yang mesti ia lakukan di duni dan alam akhirat,yang merupakan jawaban dari pertanyaan-pertanyaan tersebut adalah karena itu ,agama sangat lah berperan penting dalam kehidupan manusia. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Agama? 2. Bagaimana latar belakang kebutuhan manusia terhadap agama ? 3. Apa fungsi agama dalam kehidupan manusia ? 4. Doktrin-doktrin apsajakah yang menjadi kepercayaan agama ? C. Manfaat Penulisan 1. Untuk mengetahui arti dari agama itu sendiri. 2. Untuk mengetahui latar belakang kebutuhan manusia terhadap agama. 3. Untuk dapat mengetahui fungsi agama dalam kehidupan manusia. 4. Untuk mengetahui doktri-doktrin kepercayaan agama. BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian Agama Secara sederhana pengertian agama dapat di lihat dari sudut kebahasaan etimologis dan sudut istilah terminologis. Mengartikan agama dari sudut kebahasaan akan lebih mudah dari pada mengartikan agama dari sudut istilah. Karena pengertian agama dari sudut istilah ini sudah mengendung muatan subjektivitas dan orang yang mengartikanya. Atas dari dasar ini,maka tidak mengherankan jika muncul para ahli yang mendeskrisipkan tentang agama.[1] Mukti Ali pernah mengatakan,barang kali tidak ada kata yang paling sulit di beri pengertian dan definisi selain dari kata ini berdasarkan atas tiga alasan. Pertama, bahwa pengalaman agama adalah soal batini,subjektivitas,dan sangat individualis sifatnya. Kedua, barang kali tidak ada orang yang begitu bersemangat dan emosional dari pada orang yang membicarakan agama. Karena itu, setiap pembahasan tentang arti agama selalu ada emosi yang melekat erat sehingga kata agama itu sulit di definisikan. Ketiga, konsepsi tentang agama di pengaruhi oleh tujuan daro orang yang memberikan definisi tersebut.[2] Senada dengan Mukti Ali, M. Sastrapratedja mengatakan bahwa salah satu kesulitan untuk berbicara mengenai agama secara umum ialah adanya perbedaan- perbedaan memehami arti agama,di samping adanya perbedaan juga dalam serta penerimaan setiap agama terhadap suatu usaha memahami agama. Setiap agama memiliki interprentasi diri yang berbeda dan keluasaan interpretasi diri itu juga berbeda.[3] Selanjutnya karena banyak nya definisi tentang agama yang di kemukakan oleh para ahli,Harun Nasution mengatakan bahwa agama adalah pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus di Harun Nasution mengatakan agama tersusun dari dua kata a = tidak dang am = pergi jadi agama artinya tidak pergi, tetap di tempat,di warisi secar turun temurun dari satu generasi ke generasi ada lagi yang mengatakan bahwa agama tuntuna hidup manusia dan Ajaran yang di wahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang Rosul.[4]Dari beberapa definisi tersebut di atas,kita dapat menjumpai 4 unsur yang menjadi karakteristik agama sebagai berikut 1. Unsur kepercayaan terhadap gaib Kekuatan tersebut dapat mengambil bentuk yang gaib tersebut ialah dengan percaya kepada tersebut ialah dasar yang utama sekali dalam paham keagamaan. 2. Unsur kepercayaan dan kebahagian Unsur kepercayaan dan kesejahteraan hidup di dunia ini dan di akhirat nanti tergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib yang di hilang nya hubungan yang baik itu,kesejahtraan dan kebahagiaan yang di cari akan hilang baik ini selanjutnya di wujudkan dalam bentuk peribadatan , selalu mengingat nya ,melaksanakan segala perintah nya, dan menjauhi larangan nya. 3. Unsur respon emosional yang bersifat dari manusia Respon tersebut dapat mengambil bentuk rasa takut,seperti yang terdapat pada agama primitif atau perasaan cinta seperti yang terdapat pada agama-agama respon tersebut dapat pula mengambil bentuk penyembahan seperti yang terdapat pada agam-agama monoteisme dan pada akhirnya respon tersebut mengambil bentuk dan cara hidup tertentu bagi masyarakan yang bersangkutan. 4. Unsur paham adanya kudus scared dan suci Dalam bentuk kekuatan gaib,dalam kitab suci yang mengandung ajaran-ajaran agama yang bersangkutan, tempat – tempat tertentu, peralatan untuk menyelenggarakan upacara, dan sebagainya. [5] Dari uraian tersebut kita dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa agama adalah ajaran yang berasal dari Tuhan atau hasil renungan manusia yang terkandung dalam kitab suci yang turun temurun di wariskan kepda suatu generasi ke generasi dengan tujuan untuk memberikan tuntunan dan pedoman hidup bagi manusia untuk agar mencapai kebahagian di dunia dan di akhirat, yang di dalamnya mencakup unsur kepercayaan kepada kekuatan gaib yang selanjutnya menimbulkan respon emosinal dan keyakinan bahwa kebahagiaan hidup tersebut bergantung pada adanya hubungan yang baik dengan kekuatan gaib tersebut. B. Latar Belakang Kebutuhan Manusia Terhadap Agama Secara alamiah manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dirinya ini dapat di lihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup,musibah dan berbagai bencana. Ia mengeluh dan meminta pertolongan kepada suatu yang serba maha yang dapat membebaskanya dai keadaan ini. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan sang kholik nya.[6] Sekurang-kurang nya ada empat alasan yang melatar belakangi perlunya manusia terhadap agama sebagai tuntunan hidup manusia itu manusia dapat kebahagiana di dunia maupun di akhirat. Ke empat alasan tersebut secara singkat dapat di kemukakan sebagai berikut 1. Latar belakang fitrah manusia Imam Ali as menyebutkan bahwa mereka di utus untuk mengingatkan manusia kepada perjanjian yang telah di ikat oleh fitrah mereka,yang kelak mereka akan di tuntuk untuk itu tidak tercatat di atas kertas,tidak pula di ucapkan oleh lidah,melainkan terukir oleh pena ciptaan Allah di permukaan kalbu dari lubuk manusia , dan di atas permukaan hati nurani serta di kedalaman perasaan batiniah.[7] Kenyataan bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan tersebut buat pertama kali di tegaskan dalam agam Islam, yakni bahwa agama adalah kebutuhan fitrah manusia belum mengenal kenyataan di masa akhir-akhir ini, muncul beberapa orang yang menyerukan dan keagamaan yang ada di dalam diri manusia inilah yang melatarbelakangi perlunya manusia pada karenanya ketika datang wahyu Allah yang menyeru manusia agar beragama,maka seruan tersebut memang sangat sejalan dengan fitrahnya dalam Al-Qur’an Allah telah menjelaskan fitrah manusia itu sendiri yang berbunyi óOÏ%r'sù y7ygô_ur ÈûïÏe$Ï9 $Zÿ‹ÃZym 4 NtÃ´ÃœÃÃ¹ !$ ÓÉL©9$ tsÜsù }¨$¨Z9$ $pköŽn=tæ 4 Ÿw ŸƒÃ‰Ã¶7s? È,ù=yÜÏ9 !$ 4 šÃ9ºsŒ ÚúïÏe$!$ ÞOÍhŠsø9$ ÆÅ3»s9ur uŽsYò2r& Ĩ$¨Z9$ Ÿw tbqßJn=ôètƒ ÇÌÉÈ “Maka hadap kanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah,Tetaplah atas fitrah Allah yang telah menciptakan fitrah manusia itu ada perubahan pada fitrah Allah itulah itulah agma yang lurus. Tetapi banyak manusian yang tidak mengetahui. Qs. Ar-Rum 30.” 2. Kelemahan dan kekurangan manusia Manusi dalam penciptaanya memiliki kelebihan dan mengoptimalkan kelebihan dan kekurangan manusia di perlukan agama sebagai dsar berperilaku dan bersikap sehingga mereka mampu memenuhi segala kebutuhanya dengan baik sesuai kaidah tata nilai dalam ajaran agamanya, sehingga kebahagian di dunia dan di akhirat dapat tercapai. Factor lain yang membelakangi manusia memiliki agama adalah karena di samping manusia memiliki berbagai kesempurnaan juga memiliki kekurangan.[8]Hal ini antara lain Sifat-sifat keburukan yang ada pada manusia antara lain sombong, inkar, iri, dan lain sebagainya, Karena itu manusia dituntut untuk menjaga kesuciaannya, hal yang dapat dilakukan untuk menjaga kesuciannya dengan cara mendekatkan diri pada Tuhan dengan bimbingan agama dan disinilah letak kebutuhan manusia terhadap agama. 3. Tantangan manusia Factor lain yang menyebabkan manusia memerlukan agama adalah karena manusia dalam kehidupanya senantiasa menghadapi berbagai tantangan,baik yang datang dari dalam maupun dari luar. Tantangan dari dalam dapat berupa hawa nafsu dan bisikan tantangan dari luar dapat berupa rekayasa dan upaya-upaya yang di lakukan manusia yang secara sengaja berupaya ingin memalingkan diri dari Allah. Mereka dengan rela mengeluarkan biaya,tenaga,dan fikiran yang di manifestasikan dalam berbagai bentuk kebudayaan yang di dalamnya mengandung misi menjauhkan manusia dari Allah. Banyak manusia yang terjabak oleh harta orang-orang kafir yang sengaja di keluarkan agar manusia itu dapat mengikuti keinginanya. Berbagai bentuk budaya,hiburan,obat-obat terlarang dan lain sebagainya di buat dengan itu upaya mengatasi dan membentengi manusia adalah dengan mengajar mereka agar dapat taat dalam menjalankan dan tantangan hidup demikian itu,saat ini semakin meningkat, sehingga upaya mengamankan masyarakat menjadi penting. C. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Agama mempunyai peraturan yang mutlak berlaku bagi segenap manusia dan bangsa, dalam semua tempat dan waktu, yang dibuat oleh sang pencipta alam semesta sehingga peraturan yang dibuatNya betul-betul adil. Secara terperinci agama memiliki peranan yang bisa dilihat dari aspek keagamaan religius, kejiwaan psikologis, kemasyarakatan sosiologis, hakkekat kemanusiaan human nature, asal usulnya antropologis dan moral ethics.[9] Dari aspek religius, agama menyadarkan manusia, siapa penciptanya. Faktor keimananjuga mempengaruhi karena iman adalah dasar agama.[10] Secara antropologis, agama memberitahukan kepada manusia tentang siapa, darimana, dan mau kemana manusia. Dari segi sosiologis, agama berusaha mengubah berbagai bentuk kegelapan, kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan. Agama juga menghubungkan masalah ritual ibadah dengan masalah sosial. Secara psikologis, agama bisa menenteramkan, menenangkan, dan membahagiakan kehidupan jiwa seseorang. Dan secara moral, agama menunjukkan tata nilai dan norma yang baik dan buruk, dan mendorong manusia berpeilaku baik akhlaq mahmudah. [11] Manusia adalah mahluk yang memiliki rasa keagamaan, kemampuan untuk memahami dan mengamalkan nilai agama. Tugas manusia didunia yaitu ibadah dan mengabdi kepadanya. Fungsi agama yaitu sebagai pustaka kebenaran, dimana agama diibaratkan sebagai suatu gedung perpustakaan kebenaran. Agama dapat dijadikan suatu pedoman dalam mengambil suatu keputusan antara yang benar dan yang salah.[12] Peranan social agama bagi masyarakat berarti peran agama dalam menciptakan suatu ikatan bersama, baik diantara anggota-anggota beberapa masyarakat maupun dalam kewajiban-kewajiban sosial yang membantu mempersatukan mereka. Hal ini dikarenakan nilai-nilai yang mendasari sistem-sistem kewajiban sosial didukung bersama oleh kelompok-kelompok keagamaan sehingga agama menjamin adanya konsensus dalam masyarakat.[13] D. Doktrin Kepercayaan Agama Islam Doktrin adalah ajaran tentang asas-asas suatu aliran politik, keagamaan, pendirian segolongan ahli ilmu Doktrin berkaitan dengan suatu kebenaran dan ajaran. Keduanya tidak dapat dipisahkan sebab menegaskan tentang kebenaran melalui ajaran, sedangkan yang diajarkan biasanya dengan kebenaran. Dengan demikian, doktrin berisi tentang ajaran kebenaran yang sudah tentu memiliki “balutan” filosofis.[14]Doktrin keagamaan dalam islam antara lain 1. Iman Kepada Allah Swt Kalimat lailaha illa Allah atau sering disebut kalimat thoyyibah adalah suatu pernyataan pengakuan terhadap keberadaan Allah yang Maha Esa, tiada tuhan selain Dia Allah. Ia merupakan bagian lafadz dari syahadatain yang harus diucapkan ketika akan masuk Islam yang merupakan refleksi dari tauhid Allah ynag menjadi inti ajaran pengakuan-pengakuan lain nya yang berhubungan dengan nya,seperti zat Allah, sifat-sifat Allah ,Kehendak Allah, perbuatan af al Allah, malaikat Allah, para nabi dan utusan Allah, hari kiamat, serta surga dan neraka. Ia merupakan refleksi dari tauhid Allah yang menjadi inti ajaran keberadaan Allah berarti menolak keberadaan tuhan-tuhan lainya yang di anut oleh para pengikut agama selain Islam. a. Argumen Keberadaan Allah Pengakuan terhadap keberadaan Allah berarti menolak keberadaan tuhan-tuhan lainnya yang dianut oleh para pengikut agama lain. Ada tiga teori yang menerangkan asal kejadian alam semesta yang mendukung keberadaaan tuhan. Pertama, paham yang menyatakan bahwa alam semesta ini ada dari yang tidak ada, ia terjadi dengan sendirinya. Kedua, paham yang menyatakan bahwa alam semesta ini berasal dari sel yang merupakan inti. Ketiga, paham ynag mangatakan bahwa alam semesta itu ada yang menciptakan. b. Kemustahilan Menemukan Zat Allah Allah adalah Maha Esa baik dalam zat,sifat maupun dalam zat artinya Allah tidak tersusun dari beberapa bagian yang terpotong-potong dan dia pun tidak mempunyai dalam sifat berarti bahwa tak seorang pun yang memiliki sifat-sifat seperti yang dimiliki oleh esa dalam perbuatan af’al tidak ada seseorang pun yang mampu mengerjakan sesuatu yang menyerupai perbuatan dengan sifat rahman dan rahim nya telah membekali manusia dengan akal pikiran untuk di gunakan dalam menjalankan yang merupakan ciri keistimewaan manusia, sekaligus sebagai pembeda antara manusia dan makhluk lainnya, belum bisa digunakan untuk mengetahui persoalan yang tidak dapat diselesaikan oleh akal yaitu menemukan zat Allah, karena pada hakekatnya manusia berada dalam dimensi yang berbeda dengan Allah. 2. Iman kepada malaikat ,kitab dan rosul Allah Dalam konteks doktrin, agama selalu menjadi akidah, yakni sebagai suatu kepercayaan kepada Tuhan, suatu ikatan, kesadaran, dan penyembahan secara spiritual kepada-Nya. Sebagai suatu akidah, agama memiliki prinsip - prinsip kebenaran yang dituangkan dalam bentuk doktrin. Dalam dokrin kepercayaan agama Islam beriman kepada Allah adalah beriman kepada malaikat, kitab dan rasul Allah mempunya hukum yang pengertian dari iman kepada malaikat,kitab dan rosul Allah adalah sebagai berikut a. Iman Kepada Malaikat malaikat merupakan makhluk tuhan yang diciptakan dari nur cahaya,malaikat juga disebut sebagai al-mala’ al-a’ala kelompok tertinggi ia adalah makhluk langit yang mengabdi kepada Allah dengan bermacam-macam tugas yang diembannya, jumlahnya sangatlah banyak, namun yang harus kita imani hanyalah 10 nama malaikat beserta tugas-tugasnya. b. Iman Kepada Kitab-Kitab Allah iman kepada kitab Allah adlah wajib dan itu merupakan konsekuensi logis dari pembenaran terhadap adanya Allah, oleh karena itu tidak sepantasnya seorang mukmin mengingkari kitab-kitab Allah yaitu al-Qur’an, Injil, Taurat, dan Zabur. c. Iman Kepada Rosul – Rosul Allah Doktrin islam mengajarkan agar setiap muslim beriman kepad rasul yang diutus oleh Allah tanpa membedakan antara satu dengan yang lainnya.[15] BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Manusia merupakan ciptaan Allah Swt yang diciptakan dari saripati tanah untuk menjadi makhluk yang paling sempurna yang memiliki berbagai kemampuan. Dari uraian tersebut juga di jelaskan Agama sangat lah penting bai umat manusia, karena dengan adanya agama manusia mempunyai pegangan dan pedoman hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal pertama kali ini adalah islam. Agama islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah Sunnatullah yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Quran, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia. Dari uraian diatas dapat dui simpulkan bahwa ada 5 aspek yang terkandung dalam agama. Pertama , Aspek asal usulnya yaitu aspek yang berasal dari Tuhan, kedua Aspek tujuanya yaitu untuk memberikan tuntunan hidup agar manusia dapat hidup bahagia di dunia maupun di akhirat, ketiga Aspek ruang lingkupnya yaitu keyakinan akan adanya kekutan gaib ,keyakinan manusia bahwa kesejahteraanya di dunia dan hidupnya di akhirat tergantung pada adanya hubungan baik, ke empat Aspek permasyarakatanya yaitu di sampaikan. B. Saran Sebagai umat Islam yang mempunyai akal dan kehendak, hendaklah kita dapat memilih kehendak yang sesuai dengan ajaran Islam. Manusia sebagai sebagai makhluk ciptaan Allah hendaklah mengikti apa yang ada pada ajaran-ajaran agama Islam sesuai doktrin kepercayaan agama Islam. DAFTAR PUSTAKA Abuddi Nata. Metodologi Studi Islam, Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2013 Atang Abdul Hakim, Jaih Mubarak. Metodologi Studi Islam, Bandung PT Rosdakarya, 1997 diakses 23 September 2012 agama/. M. Amin Syukur. Pengantar Studi Islam, Semarang CV Bima Sakti,2013 [1] Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, Jakarta PT Raja Grafindo Persada, 2013, Cet. Ke-20, hlm. 7. [6]http// [7] Abuddin Nata, op. cit., hlm. 16. [9] M. Amin Syukur, Pengantar Studi Islam SemarangCV Bima Sakti,2003, hlm. 25. [12]http// [14]http// [15] Atang Abdul Hakim, Jaih Mubarok, Metedologi Study Islam, BandungPT. Rosdakarya,2007, Cet. Ke-9, hlm. 109-124. 0% found this document useful 0 votes2K views6 pagesOriginal Titlemanusia dan kebutuhan doktrin agamaCopyright© Attribution Non-Commercial BY-NCAvailable FormatsPPT, PDF, TXT or read online from ScribdShare this documentDid you find this document useful?0% found this document useful 0 votes2K views6 pagesManusia Dan Kebutuhan Doktrin AgamaOriginal Titlemanusia dan kebutuhan doktrin agamaJump to Page You are on page 1of 6 You're Reading a Free Preview Pages 4 to 5 are not shown in this preview. Reward Your CuriosityEverything you want to Anywhere. Any Commitment. Cancel anytime. ArticlePDF AvailableAbstractAgama adalah suatu arah atau pegangan untuk menunjang manusia dalam menyelesaikan berbagai macam masalah yang ada dalam menjalani kehidupnya seperti hal nya didalam ilmu agama, sosial, politik, ekonomi dan budaya, yang terbagi atas dua fungsi yaitu agama didalam kehidupan individu dan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila seseorang tidak diberi dengan ilmu pengetahuan agama yang kental, sehingga terdapat berbagai penyimpangan sebagaimana kasus yang sering terjadi diantaranya adalah pelecehan seksual, pembunuhan, perampokan dan lain sebaginya. Oleh sebab itu penting untuk memiliki pengetahuan dan doktrin agama dalam diri seseorang. Tujuan dari peneliian ini adalah untuk mendeskripsikan kebutuhan manusia tehadap doktrin agama. Metode penelitian dalam penulisan artkel ini menggunakan metode kepustakaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa manusia memerlukan agama sebagai pedoman hidup untuk menyelesaikan berbagai masalah. Discover the world's research25+ million members160+ million publication billion citationsJoin for freeContent may be subject to copyright. AL-QALAM ISSN.print... 1858-4152 ISSN.online. 2715-5684 Homepage.. AL-QALAM Jurnal Kajian Islam & Pendidikan MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA Abdul Wahid1, Ilham Panji Akbar2, Janu Annas Wijanarko3, Wawan Kurniawan Purnomo Aji4, Nurul Hikmah5 1,2,3,4,5 Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya, Indonesia Korespondesi Penulis. E-mail wahidsamuda607 Abstrak Agama adalah suatu arah atau pegangan untuk menunjang manusia dalam menyelesaikan berbagai macam masalah yang ada dalam menjalani kehidupnya seperti hal nya didalam ilmu agama, sosial, politik, ekonomi dan budaya, yang terbagi atas dua fungsi yaitu agama didalam kehidupan individu dan agama dalam kehidupan bermasyarakat. Apabila seseorang tidak diberi dengan ilmu pengetahuan agama yang kental, sehingga terdapat berbagai penyimpangan sebagaimana kasus yang sering terjadi diantaranya adalah pelecehan seksual, pembunuhan, perampokan dan lain sebaginya. Oleh sebab itu penting untuk memiliki pengetahuan dan doktrin agama dalam diri seseorang. Tujuan dari peneliian ini adalah untuk mendeskripsikan kebutuhan manusia tehadap doktrin agama. Metode penelitian dalam penulisan artkel ini menggunakan metode kepustakaan. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa manusia memerlukan agama sebagai pedoman hidup untuk menyelesaikan berbagai masalah. Kata Kunci Agama, Manusia, Doktrin 1. Pendahuluan Sebagai makluk hidup dan mempunyai akal serta paling sempurna, manusia mempunyai ciri-ciri organ tubuhnya yang lengkap dan spesifik terutama memiliki otak, dan juga proses pencernaan. Adapun penjelasan terciptanya manusia sebagai makhluk hidup yang sempurna, termuat di QS. At- Tin ayat 4 yakni, “sungguh kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya”. Kholil, 2017 Manusia juga memiliki kebutuhan dalam kehidupannya, di dalam hidup manusia ada dua hal yang harus dipenuhi baik itu secara manusia sebbagai kebutuhan individu, “peranan agama dalam kesehatan mental” yang terbagi dalam 2 kebutuhan yakni kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan Primer adalah kebutuhan yang berupa jasmaniah, contohnya makan, minum, seks dan sebagainya hal ini di dapatkan sejak lahir yang ada didalam kebutuhan primer adalah kebutuhan yang hampir semua nya berkesinambungan dengan makhluk hidup, seperti keinginan untuk makan. Dengan memiliki untuk makan maka dia harus memasukkan makanan untuk dikonsumsinya., yang menjadikannya lelah, lelah disini akibat dia kekenyangan atau lelah. Kebutuhan Sekunder adalah suatu bentuk kebutuhan Rohaniah contoh seperti berhubungan dengan sosial. Dan kebutuhan ini telah kita dapatkan sedari kita kecil. Kebutuhan sekunder terbagi menjadi 3 bagian yakni kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan terhadap agama, serta kebutuhan terhadap agama.Isnawati, 2016 Didalam kehidupan manusia ada peran agama yang sangat penting dan melekat didalamnya. Yang bertujuan unuk mendapakan kebahagian dan kesejahteraan hidup jasmani dan rohani. Untuk dekat dengan sang pencipta kita harus berada di jalan agama yang benar. Adapun urgensi agama untuk kehirasional untuk lebih sabar dan bisa saling meminta maaf jika terjadinya perselisihan dupan manusia sangatlah penting guna mengakses kebahagiaan dunia dan akhirat. Jadi agama sebagai pengawas dan petunjuk dalam menjalani kehidupan ini. Sebagai mana contohnya pentingnya dokrin agama di dalam kehidupan adalaha kasus pembunuhan sepasang suami istri yang di lakukan oleh teman dekatnya sendiri, yang berada di kota Palangka Raya Kalimantan Tengah. Yang di dilatarbelakangi oleh sakit hati sehingga membuat sang pelaku tega melakukan pembunuhan tersebut. Dengan adanya dokrin agama manusia seharusnya bisa untuk berpikir lebih Isnawati,2016. AL-QALAM ISSN.print... 1858-4152 ISSN.online. 2715-5684 Homepage.. AL-QALAM Jurnal Kajian Islam & Pendidikan 2. Metode Dalam penelitian dan pembuatan artikel ini kami penulis menggunakan pendekatan kualitattif metode studi kepustakaan / literature review, yang dimana untuk mengetahui beberapa literature berupa beberapa jurnal artikel penelitian dan buku-buku yang terkait pengertian manusia dan kebutuhan doktrin agama. Studi pustaka / literature review adalah suatu kegiatan yang dimana kegiatan tersebut menghimpun semua informasi dan data yang relevan dengan topik permasalahan yang diangkat dalam obyek penelitian. Dan dalam melakukan literature review ini, kami peneliti dan juga penulis dapat memanfaatkan semua data dan informasi serta pemikiran-pemikiran yang yang relevan yang telah kami temukan. Penelitian ini dilakukan dengan pencarian literature yang terdiri dari jurnal artikel dan beberapa buku buku dari 10 tahun terakhir yang menggunakan kata kunci “manusia” dan “doktrin agama”. Berdasarkan studi pustaka yang telah kami dapatkan, maka dapat kami lakukan verifikasi dan analisis terkait hal yang berhubungan dengan manusia dan doktrin agama. Sehingga dapat diperoleh sebuah hasil permasalahan yaitu pentingnya doktrin agama bagi manusia. 3. Hasil dan Pembahasan Allah SWT menciptakan manusia sebagai makhluk hidup yang memiliki dua substansi yaitu, substansi jiwa dan raga. Kedua substansi tersebut tidak bisa dipisahkan sehingga disebut makhluk yang sempurna di antara makhluk- makhluk ciptaan Allah dasarnya kedua substansi tersebut saling berkaitan dan tidak dapat terlepaskan dan manusia perlu adanya doktrin agama sebagai pedoman hidup untuk mengigatkan manusia agar supaya mengenal baik itu dirinya sendiri maupun orang lain. Pengertian Agama Secara etiminologi agama atau yang lebih dikenal pula dari kata “ad-din” yang berasal dari bahasa arab dan kata religi dari bahasa eropa. Sebagai mana yang kita ketahui juga dalam bahasa sansekerta agama memiliki arti adan gan. A “tidak”, dan gam “pergi”. Jadi dapat kita tarik benang merah yaitu tidak pergi, langgeng, tetap di tempat serta di wariskan secara turun temurun. Hikmah & Fachrurozi, 2022; Sodikin, 2003. Dengan ini bahwasanya agama ialah sebuah cara manusia untuk dapat berbakti kepada Tuhan, dengan berbaktinya kepada Tuhan sehingga didapatkan ketaatan, serta patuh dan tunduk akan kebersaranya. Musa, 2022 Adapun buah hasil dari kita tunduk patuh serta berbakti pada Tuhan yaitu mendapakan pedoman hidup guna menggapai kebahagian dunia akhirat. Asir, 2014 Menurut Mukti Ali definisi dari kata agama bersandarkan pada tiga alasan. bahwa pengalaman ialah soal subjektif, rohaniah, dan sifatnya yang suka menyendiri. Liswi, 2018 Sedangkan secara terminologi agama diartikan fenomena yang rumit untuk dijelaskan. Beberapa para ahli berpendapat bahwa agama a. Emile Durkheim berpendapat, agama selaku bentuk yang diyakini serta berkarekter pengetahuan terhadap sesuatu yang suci, lantas kepercayaan dan pengetahuan tersebut bersatu ke dalam suatu kumpulan akhlak b. Karl Mark mengartikan bahwasanya agama ialah suatu keberatan dari makhluk yang terpaksa hatinya, dan tertekan jiwanya. Beliau menyimpulkan agama sebagai kebiasaan bagi masyarakat. c. Spencer menyebutkan bahwasanya agama itu keyakinan akan adanya sesuatu yang Maha benar. d. Dewey mengatakan agama merupakan suatu bentuk eksplorasi manusia akan tujuan yang dihadapkan suatu tantangan yang membahayakan jiwanya , beliau menyimpulkan agama ialah suatu pengenalan kepada manusia terhadap kekuatan yang gaib.Hikmah & Fachrurozi, 2022 e. Endang Saefuddin Anshari mengemukakan pendapatnya bahwa agama ialah sebuah program keimanan keyakinan tentang sesuatu yang tetap diluar akal sehat manusia dan sebuah cara peribadatan kepada hal yang dianggap kuasa serta ajaran petunjuk yang mengatur manusia dengan manusia lainnya bahkan dengan alam lain.Agus Miswanto, 2012 AL-QALAM ISSN.print... 1858-4152 ISSN.online. 2715-5684 Homepage.. AL-QALAM Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Dari pendapat diatas penulis dapat menyimpulkan maka agama ialah sebuah bentuk kepercayaan yang dimana kepercayaan itu suci dan suatu yang mutlaq, yang bertujuan untuk pengenalan terhadap kepada manusia untuk mengenal hal hal yang bersifat gaib. Doktrin agama memiliki jangkauan yang sangat luas, sumber nilai pengembangan kepribadian, paham mengenai tindakan sosial dan menjalin hubungan antar manusia. Dibelahan bumi manapun doktrin agama mengajarkan kepada seluruh pemeluknya supaya manusia berperilaku baik terhadap yang lain, manusia yang amanah, manusia yang memiliki rasa simpati, mencintai sebuah perdamaian.Irzum Farihah, 2014 Doktrin agama ditemukan didalamnya kebenaran yang sepihak atau doktrin mengakui bahwa selain ketaqwaannya adalah keliru. Doktrin yang bersifat khusus tersebut menjadi acuan iman untuk merangkul pengikutnya supaya tetap yakin dalam kepercayaan tersebut. Tidak mungkin adanya ajaran agama tanpa doktrin agama yang memiliki keyakinan yang kuat. Oleh karena itu, pengakuan tersebut dapat dimengerti sebagai bentuk keyakinan dalam ajaran agama.Mikail, 2020 Fungsi Agama Dalam Kehidupan Agama dapat bertindak sebagai pendidik, dimana agama mengajarkan mengenai aturan dan bimbingan agama bagi pengikutnya yang mana mereka wajib mengikuti dan memberikan bimbingan yang seharusnya diikuti dengan efisien. Irawan, 2022 Selaku sistem ajaran, agama sebagai panduan untuk manusia guna menyelesaikan berbagai macam permasalahan hidupnya seperti dalam ilmu agama, sosial, politik, ekonomi dan budaya. Kemudian terwujud paradigma, tujuan hidup dan tingkah laku manusia yang menuju kepada jalan Allah yang lurus. 1. Agama Dalam Kehidupan Individu Agama dalam kehidupan individu memiliki peran yakni sebagai suatu program. Program yang dimaksudkan disini yaitu norrma-norma yang berlaku inilah yang nantinya akan menjadi tolak ukur manusia untuk bersikap dan berprilaku, supaya sejalan dengan kepercayaan agama, nilai agama inilah yang nantinya akan menjadi suatu pebeda dengan agama yang lainya. Mulyadi, 2016 Dokrin agama dapat mengembangkan kepribadian seseorang yang akan menimbulkan berbagai macam masalah nantinya, masalah yang terjadi mencanggkup ruang lingkup keluarga, lingkungan, sekolah dan masyarakat sosial. Rohendi, 2012 Hal ini yang membuat manusia memerlukan agama dalam kehidupan sehari-hari sebagai berikut a. Agama sebagai sumber nilai dalam menjaga kesusilaan. Nilai-nilai kehidupan manusia yang ada terkandung didalam nilai agama. Nilai tersebut lah yang menjadi acuan dan petunjuk bagi manusia. Berfikir, bersikap, dan berprilaku adalah salah satu petunjuk agama agar sejalan yang lurus. b. Agama sebagai sarana untuk mengatasi frustasi Didalam kehidupan manusia memiliki keinginan fisik dan fisikis, kebutuhan fisik yaitu makan, pakaian, sekual, kemudian kebutuhan fisikis adalah keamanan, ketentaraman, persahabatan, penghargaan, dan kasih sayang. c. Agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan Setiap manusia di dalam dirinya pasti memiliki rasa ketakutan yang dimiliki, ada dua jenis ketakutan, yaitu ketakutan tanpa objek dan ketakutan yang memiliki objek, contohnya adalah bentuk gejala malu takut akan terjadinya kecelakaan, rasa bersalah yang tinggi, dan bimbang dalam memutuskan sesuatu. d. Agama sebagai sarana untuk memuaskan rasa keingintahuan Kecerdasan kognitif dapat tercipta dengan adanya seseorang mempelajari ilmu agama, tetapi sebaliknya jika seseorang tidak mempelajari agama maka ia tidak mampu untuk menjelaskan dari mana ia berasal, kemudian apa tujuan mereka hidup, mengapa manusia ada, dan kemana manusia akan kembali. Dari semua fungsi yang telah di paparkan diatas bahwa agama didalam kehidupan bermasyarakat berf rasa frustasi yang ada didalam dirinya, untuk bisa mengatasi perasaan takut akan AL-QALAM ISSN.print... 1858-4152 ISSN.online. 2715-5684 Homepage.. AL-QALAM Jurnal Kajian Islam & Pendidikan sesuatu, dan juga sebagai penyembuh rasa ingin tahu. Dimana dengan adanya agama didalam kehidupan individu juga memiliki peranan yang sangat penting untuk bisa mengatur dirinya sendiri. 2. Fungsi Agama dalam kehidupan bermasyarakat Manusia berdasarkan sifatnya selalu menginginkan untuk beragama. Insting akan adanya keinginan untuk beragama dan memikirkan agama, hal inilah yang diungkapkan oleh para ahli sejarah. Jika ada manusia yang melanggar ketentuan agama atau bahkan ingin menghapuskan ajaran agama maka mereka menentang tujuan awal ia beragama. Zaini, 2017 Kumpulan dari beberapa individu atau yang lebih kita kenal dengan masyarakat yang tercipta karena adanya lapisan sosial. Menurut Kepusakaan Ilmi Sosial terdapat 3 jenis masyarakat antara lain ialah masyarakat majemuk, masyarakat heterogen, serta masyarakat homogen. Dalam prakteknya fungsi agama dapat kita lihat yakni sebagai a. Berfungsi edukatif Ajaran agama adalah suatu paham yang harus mereka percayai dan harus pula dipatuhi. Menyuruh dan melarang adalah fungsi agama dari segi hukum. Kedua hal ini memberikan tuntunan untuk penganutnya menjadi pribadi yang baik dan menjadi awam dengan dokrin agama yang mereka percayai. b. Berfungsi penyelamat Setiap manusia pasti ia membutuhkan jaminan akan dirinya untuk selamat. Keselamatan yang dinginkan baik itu keselamatan di dunia dan juga akhirat. Untuk menggapai hal itu para pengikutnya diberi ajaran untuk bisa mengimani kepada tuhanya. c. Berfungsi sebagai perdamaian Melewati agama seseorang bisa merasakan akan adanya rasa bersalah atau berdosa tetapi dengan adanya agama, manusia memiliki ketenangan batiniah melalui dokrin agama. Dengan melewati berbagai cara penebusan dosa maka ia maka rasa bersalah akan hilang. d. Fungsi sebagai sosial kontrol Para pengikut dokrin agama akan terkait baik selaku batin maupun kelompok kepada tuntutan ajaran agama yang dianutnya. Ajaran agama adalah pengawas bagi penganutnya baik secara sosial, individu, maupun kelompok. e. Berfungsi sebagai rasa pemupuk rasa solidaritas fungsi untuk kita mengenal nilai untuk memelihara kesusilaan, untuk manusia bisa mengatasi Para pengikut dokrin yang sama dapat menciptakan akan adanya perasaan sesuatu baik secara, psikologis, iman bahkan secara kepercayaa. Dengan adanya rasa kesamaan yang tinggi maka akan membentuk solidaritas kelompok maupun perorangan. f. Berfungsi transformatif Dengan adanya ajaran agama ini mampu membentuk kehidupan seseorang atau kelompok menjadi sejalan dengan apa yang dianutnya. Seseorang bahkan mampu untuk memulai pola hidup baru dan bisa mengubah kepatuhanya terhadap adat dan norma yang berlaku sebelumnya. g. Fungsi kreatif Didalam agama kita diajarkan untuk bermanfaat bukan untuk dirinya sendiri, akan tetapi lebih bagus lagi kita bermanfaat untuk hal layak umum. Didalam agama bukan saja kita diajak kerja secara terus menerus dalam situasi kehidupan yang sama tetapi kita dianjurkan untuk bisa melakukan perubahan untuk menemukan hal baru. h. Berfungsi sublimatif Didalam agama kita bukan saja diajarkan untuk mengkuduskan segala upaya manusia yang berasal dari akhirat tetapi juga diajarkan akan apa yang ada dunia. Didalam norma agama segala bentuk tindakan yang dilakukan selama tidak bersinggungan dengan norma agama dan di lakukan untuk hanya mengharap keridhoan Allah SWT Myadi, 2016. Dari semua fungsi yang diatas bahwa agama didalam kehidupan bermasyarakat berfungsi untuk menjadikan manusia yang edukatif, penyelamat, sebagai penengah, sebagai sosial kontrol, sebagai memupuk solidaritas, transformatif, kreatif dan sublimatif. Fungsi tersebut sangat penting dan AL-QALAM ISSN.print... 1858-4152 ISSN.online. 2715-5684 Homepage.. AL-QALAM Jurnal Kajian Islam & Pendidikan berguna untuk bisa mengatur manusia didalam kehidupan bermasyarakat yang harmoni dan tentram. Al-Qurthubi memberikan pendapat bahwa seseorang yang paham mengenai ilmu agama islam mendefinisikan ada tiga kriteria tingkatan pengetahuan tentang agama islam yakni pengetahuan tinggi ilmu tauhid, pengetahuan menengah mengenai dunia sains dan matematika, pengetahuan rendah pengetahuan konkrit. Bahwa pendidikan agama harus diprioritaskan dalam pendidikan. Rahmadania et al., 2021 Latar Belakang Perlunya Manusia Beragama Terdapat dua hal yang membuat keharusan manusia beragama. Kedua hal tersebut dapat dilihat seperti berikut 1. Fitrah manusia Pada lingkup ini terdapat diayat “al qur’an Ar-Rum ayat 30” bahwa ada kemampuan fitrah beragama yang ada dalam jiwa manusia. Dalam konteks ini dapat kita pahami bahwa seorang manusia yang mendapat pelajaran dari tuhan tentang hal apa yang tidak diketahui nya. Jiwa manusia secara takdir diciptakan oleh tuhan dengan segala kesempurnaan. Baik secara fisik, dan memahami akan adanya kebaikan yang terpercik dari ciptaanya. Liswi, 2018. Dalam pandangan islam manusia adalah suatu pemimpin yang Allah ciptakan di muka bumi. Sebagai ciptaan Tuhan, manusia memiliki sifat yang multifaset, diberi hak untuk mengatur alam ini sesuai dengan kemampuannya adalah tugas dari manusia. Dalam menjalankan tugas ini, manusia diberikan oleh Allah berupa wahyu dan mengenali kemampuan yang dimilikinya. Kemudian manusia juga ditempatkan oleh Allah diposisi yang paling mulia di antara makhluk lainnya. Kesuma, 2013 Manusia dalam pandangan islam adalah makhluk yang memiliki unsur yang sangat sempurna meliputi pada aspek fitrah jasmani, fitrah ruhani, yang dimana kedua fitrah ini saling keterkaitan dan tidak terlepas antara satu dengan yang lainya. Oleh karena itulah tumpuan kepribadian tidak hanya ada pada fitrah jasmani melainkan pada keduanya. Judrah, 2020 2. Tantangan manusia Ada aspek penting yang mempengaruhi manusia didalam memerlukan agama, dengan adanya agama kita mampu untuk menyelesaikan berbagai keadaan baik itu masalah yang terjadi dari dalam diri mapun luar. Dorongan hawa nafsu dan bisikan setan adalah tantangan dari dalam diri manusia. Sedangkan rekayasa atau upaya yang dilakukan manusia baik secara sengaja ingin memalingkan manusia dari tuhan adalah tantangan dari luar diri manusia. Didalam misi untuk menjauhkan manusia dari tuhan mereka rela mengeluarkan biaya, tenaga, dan pikiran yang diperuntukan dalam berbagai bentuk kebudayaaan yang ada. Bentuk budaya ini dapat diselipkan pada hiburan, obat obatan terlarang dan lain sebagai nya yang diperuntukan dengan sengaja pada zaman modern agama sangat memainkan peran penting dalam keberlangsungan hidup manusia. Hal yang perlu ada didalam diri manusia untuk membentengi adalah dengan cara memberikan pemahaman untuk taat menjalankan agama.Liswi, 2018 Agama menolak kekerasan sebagai prinsip dalam melakukan suatu tindakan. Dengan agama manusia dapat dikendalikan karena didalam agama sudah mengatur semuanya.Isnaini, 2017 4. Simpulan Secara etimologi atau bahasa, agama berasal dari bahasa arab kata ad-din dan kata religi dari bahasa eropa. Sedangkan secara terminologi agama diartikan fenomena kejadian yang susah untuk dijelaskan. Nah adapun daripada itu agama memiliki beberapa fungsi dan manfaat diantaranya yaitu sistem sumber nilai, agama sebagai petunjuk atau pedoman dan menolong manusia dalam menyelesaikan berbagai macam masalah dalam hidupnya seperti dalam ilmu agama, sosial, politik, ekonomi dan budaya, yang terbagi atas dua fungsi yaitu agama didalam kehidupan individu dan agama dalam kehidupan lingkup bermasyarakat. Adapun manfaat agama dalam kehidupan individu terdapat empat yaitu agama sebagai suatu sumber nilai untuk melindungi kesusilaan, agama sebagai sarana untuk menyingkirkan rasa frustasi, agama sebagai sarana untuk mengatasi ketakutan, dan yang terakhir yaitu agama sebagai sarana untuk memuaskan rasa dalam keingintauan. Sedangkan agama didalam kehidupan bermasyarakat terdapat AL-QALAM ISSN.print... 1858-4152 ISSN.online. 2715-5684 Homepage.. AL-QALAM Jurnal Kajian Islam & Pendidikan delapan fungsi yaitu sebagai fungsi edukatif/mendidik, penyelamat, perdamaian, fungsi sebagai sosial kontrol, berfungsi sebagai rasa guna memupuk rasa solidaritas, transformatif, kreatif, dan berfungsi sublimatif. Adapun yang menjadikan seorang manusia memerlukan dan semestinya memeluk suatu agama yaitu ada dua hal diantaranya fitrah manusia dan tantangan bagi manusia. Ucapan Terimakasih Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang terlibat dalam pembuatan artikel ini dan kami ucapkan terima kasih sebesar besar nya kepada instansi yang sudah mendukung sepenuhnya. Daftar Pustaka Asir, A. 2014. Agama Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Umat Manusia. Al-Ulum Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Keislaman, 11, 57–58. Hikmah, N., & Fachrurozi, W. 2022. Metodologi Studi Islam Setria Utama Rizal ed.; 1st ed.. Grandia. Irzum Farihah. 2014. Agama Menurut Ibn Khaldun. Fikrah, 21, 187–205. Isnaini, A. 2017. Kekerasan Atas Nama Agama. Kalam, 82, 213. Isnawati. 2016. Manusia antara kebutuhan doktrin agama dan inklusivitas beragama. PROCEEDING IAIN Batusangkar, October, 447–464. Judrah, M. 2020. Fungsi-Fungsi Pendidikan Dalam Hidup Dan Kehidupan Manusia. Jurnal Al-Qalam Jurnal Kajian Islam & Pendidikan, 61, 98–111. Kesuma, G. C. 2013. Konsep Fitrah Manusia Perspektif Pendidikan Islam. Ijtimaiyya, 6, 80–94. Kholil, M. 2017. Aspek pendidikan Ruhiyah dalam Al-Qur’an. Jurnal Pigur, 21, 203–211. Liswi, H. 2018. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Jurnal Ilmu Agama UIN Raden Fatah, 122, 201–223. Mulyadi. 2016. Agama dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan. Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, VI02, 556–564. Musa, M. M. 2022. Peran Agama dalam Perubahan Sosial. Nuansa, 142, 198–205. Myadi. 2016. Agama Dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan. Jurnal Penelitian Dan Pengkajian Ilmu Pendidikan E-Saintika, 21, 1. Rahmadania, S., Sitika, A. J., & Darmayanti, A. 2021. Peran Pendidikan Agama Islam dalam Keluarga dan Masyarakat. Edumaspul Jurnal Pendidikan, 52, 221–226. Rohendi, E. 2012. Ajaran Agama dan Pembentukan Kepribadian. EduHumaniora Jurnal Pendidikan Dasar Kampus Cibiru, 11. Sodikin, R. A. 2003. Konsep Agama Dan Islam. Alqalam, 2097, 1. Zaini, M. 2017. Konstribusi Agama bagi Kemajuan Sosial. Substantia, 181, 81–93. ResearchGate has not been able to resolve any citations for this Abuy SodikinSebagai seperangkat aturan Tuhan yang diberikan kepada manusia untuk mendapatkan kebaikan dalam kehidupan di dunia dan akhirat, nyata jelas kalau agama begitu erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Kuatnya hubungan agama dengan kehidupan manusia bukan berarti mereka telah sampai pada sebuah kesepakatan yang diakui bersama tentang hakikat dan definisi agama. lni terbukti dengan tidak adanya satu definisi pun yang bisa diterima secara umum untuk kata agama. Orang banyak yang mengatakan bahwa kata agama berasal dari bahasa Sansakerta yang memiliki padanan kata religion dalam bahasa Inggris, dan al-dien dalam bahasa Arab. Namun hal itu pun lagi-lagi mengandung banyak perdebatan di ini dimaksudkan unluk mendapatkan kejelasan tentang pengertian agama dan beberapa kata yang sering diidentikkan dengan kata agama, sekaligus dengan penjelasan tentang konsep dan ruang lingkupnya. Disamping itu, tulisan ini juga hendak mengelaborasi konsep Islam sebagai sebuah agama yang ternyata mengandung banyak komponen dan implikasi dalam kehidupan Kunci Agama, Akidah, Syariat, AkhlakAhmad IsnainiAgama merupakan tuntunan bagi kehidupan manusia di dunia. Tuntunan ini memuat aturan, tata cara pengabdian dan tata laku pergaulan antar sesama. Tata laku pergaulan di dalam kehidupan mendatangkan kebaikan manakala benar-benar berdasar nilai-nilai agama. Agama tidak pernah mengajarkan dan menuntun pemeluknya untuk merugikan diri sendiri, orang lain, atau pun makhluk Tuhan lainnya. Perilaku buruk apapun yang mengatasnamakan perintah agama, sebenarnya perlu dikaji ulang. Sehingga agama tidak selalu dijadikan dalih dan alasan untuk menjadikan pihak lain menderita. Kekerasan dalam perilaku dan tindakan mencerminkan keyakinan dan watak pelakunya. Hal ini muncul didasarkan pemahaman atas doktrin dan keyakinan dalam diri. Upaya memberangus pihak lain atas alasan kesalahan dan kemaksiatan, bukan cara yang mesti dilalui. Kesalahan dan kemaksiatan mestinya didekati melalui cara hikmah dan toleransi. Perbedaan cara pandang terhadap sesuatu tidak boleh menjadi dasar perilaku RohendiKepribadian seseorang pada umumnya diupengaruhi oleh dua faktor yakni faktor dari dalam dan faktor dari luar diri atau faktor lingkungan. Salah satu faktor penting tersebut adalah ajaran agama. Ajaran agama mempunyai peranan penting dalam pembentukan kepribadian individu. Ajaran agama adalah ukuran‐ukuran yang menetapkan batas‐batas boleh tidaknya atau baik buruknya cara‐cara untuk meredakan ketegangan itu. Ini berarti ajaran agama membentuk secara aktif ego dan super ego, sehingga ketentuan agama menjadi suara hati atau ego ideal qolbu, hati nurani. Dengan demikian maka jelas ajaran agama sangat berpengaruh terhadap pola sikap seseorang sebagai reaksi atas rangsangan‐rangsangan baik dari dalam maupun dari luar diri RahmadaniaAjun Junaedi SitikaAstuti DarmayantiABSTRAK Pendidikan dalam keluarga merupakan aspek penting dalam pembentukan perilaku seseorang. Pada umumnya pendidikan dalam keluarga dilakukan dengan menanamkan nilai-nilai agama, etika yang meliputi budi perkerti, cara, tingkah laku yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui dan membahas peran pendidikan agama Islam dalam keluarga dan masyarakat. Metode penulisan ini adalah kajian kepustakaan dengan pendekatan deskriptif dan eksploratif. Dapat disimpulan bahwa peran pendidikan agama Islam merupakan 1 fondasi dalam keluarga untuk membentuk perilaku dan moral anak-anak dan mengetahui batasan baik dan buruk, 2 berfungsi untuk membentuk manusia yang percaya dan ketaqwaan kepada Allah SWT, 3 fondasi utama dan berperan dalam pendidikan moral bagi pembangunan masyarakat Indonesia seluruhnya. Kata kunci pendidikan agama Islam, keluarga, masyarakat ABSTRACT Education in the family is an important aspect to build a person's behavior. Usually the education in a family is condacted with the religious values and ethics, which consists of behavior, manners and use attitude used in everydays life. The aim of this writing is to discuss the role of religious education in the family and society. This method used library research with the descriptive and explorative approach. The conclusions are that the role of the Islamic education 1 as the foundation of religious education in a family which used to form the children’ good attitude and behavior, 2 functions as tools to convince people to the almighty of God, 3 as a foundation to build the society character for the Indonesian people to improve the nation. Key words Islamic education, family, societyMuhammad JudrahFungsi pendidikan Islam dalam kaitannya dengan hidup dan kehidupan manusia, dapat ditulusuri dari hakikat manusia sejak lahirnya yang memiliki fitrah, yakni potensi pembawaan yang menyebabkan dirinya harus terlibat dalam dunia pendidikan. Dalam pada itulah maka manusia homo aducandum makhluk yang dapat didik dan homo education mkhluk pendidik. Dengan demikian, fungsi pendidikan Islam secara totalitas adalah, untuk membangun manusia yang mampu membangun dunia dengan segala dimensinya, sesuai dengan komitemen imannya terhadap Allah swt. Selain itu, fungsi pendidikan islam dalam membina manusia dengan segala aspeknya, terutama menyangkut dimensi keimanan dan ketaqwaan harus benr-benar berwujud. Atas dasar itu, maka dalam pandangan penulis bahwa pendidikan islam secara fungsional. Dengan cara seperti ini, merupakan konsekuensi penguatan komitmen iman bagi peserta didik terhadap Allh swt. Yang kemudian dimanifestasikan dalam ketaatan beribadah kepada-NyaAgama Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Umat ManusiaA AsirAl-UlumAsir, A. 2014. Agama Dan Fungsinya Dalam Kehidupan Umat Manusia. Al-Ulum Jurnal Penelitian Dan Pemikiran Keislaman, 11, 57-58. Fitrah Manusia Perspektif Pendidikan Islam. IjtimaiyyaG C KesumaKesuma, G. C. 2013. Konsep Fitrah Manusia Perspektif Pendidikan Islam. Ijtimaiyya, 6, pendidikan Ruhiyah dalam Al-Qur'anM KholilKholil, M. 2017. Aspek pendidikan Ruhiyah dalam Al-Qur'an. Jurnal Pigur, 21, 203-211. Manusia Terhadap AgamaH LiswiLiswi, H. 2018. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama. Jurnal Ilmu Agama UIN Raden Fatah, 122, dan Pengaruhnya Dalam KehidupanMulyadiMulyadi. 2016. Agama dan Pengaruhnya Dalam Kehidupan. Jurnal Tarbiyah Al-Awlad, VI02, 556-564. Manusia memiliki berbagai potensi yang hebat dan unik, baik lahir maupun batin, bahkan pada setiap anggota tubuhnya. Sebagian ahli menyatakan bahwa manusia memiliki potensi-potensi IQ Intelligent Quotient, EQ Emotional Quotient, CQ Creativity Quotient, dan SQ Spiritual Quotient. Gardner menemukan multiple-intelligence, yaitu Kecerdasan visual dan Spasial; Kecerdasan Musik; Kecerdasan Linguistik; Kecerdasan Logik/Matematik; Kecerdasan Kinestetik; Kecerdasan Interpersonal; Kecerdasan Intrapersonal; dan Naturalis. Bahkan ditambah dengan kecerdasan emosional dan spiritual. Sebagai potensi, maka ia masih merupakan kemampuan dasar atau daya yang mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan melalui aktivitas belajar secara berkelanjutan. Karena itu, potensi tersebut perlu diaktualkan, dikembangkan dan diberdayakan secara optimal untuk mencapai kemajuan peradaban manusia. Pentingnya pengembangan dan pembedayaan potensi-potensi tersebut dijelaskan dalam An-Nahl 78 , yang maksudnya “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibu-ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatu pun, dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan-penglihatan dan aneka hati, agar kamu bersyukur”. Di dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa pada mulanya manusia tidak memiliki pengetahuan atau tidak mengetahui sesuatu pun yang ada di sekelilingnya. Namun demikian, Allah menjadikan baginya pendengaran, penglihatan-penglihatan dan aneka hati sebagai bekal dan alat-alat potensial untuk meraih pengetahuan agar ia bersyukur, yakni dengan menggunakan dan memberdayakan alat-alat tersebut sesuai dengan tujuan Allah menganugerahkannya kepada manusia. Alat-alat potensial yang diberikan oleh Allah kepada manusia meliputi as-sam’ pendengaran, al-abshar penglihatan-penglihatan sebagai bentuk jamak dari kata al-bashar, dan al-af’idah aneka hati sebagai bentuk jamak dari kata al-fu’ad. Penyebutan indera-indera secara berurutan pada ayat di atas mencerminkan tahap perkembangan fungsi indera-indera tersebut. Didahulukannya kata as-sam’ atas al-abshar, merupakan perurutan yang sungguh tepat, karena menurut ilmu kedokteran modern membuktikan bahwa indera pendengaran berfungsi mendahului indera penglihatan. Indera pendengaran mulai tumbuh pada diri anak bayi pada pekan-pekan pertama, sedangkan indera penglihatan baru bermula pada bulan ketiga dan menjadi sempurna menginjak bulan keenam. Adapun al-af’idah atau kemampuan akal dan mata hati yang berfungsi membedakan yang benar dan salah atau yang baik dan buruk, maka alat ini berfungsi jauh sesudah kedua indera pendengaran dan penglihatan tersebut. Di dalam ayat di atas disebutkan kata al-sam’ pendengaran dalam bentuk mufrad tunggal, sedangkan kata al-abshar penglihatan-penglihatan dan al-af’idah aneka hati dalam bentuk Hal ini mengandung makna bahwa apa yang didengar selalu saja sama baik oleh seorang maupun banyak orang dan dari arah mana pun datangnya suara. Ini berbeda dengan apa yang dilihat. Posisi tempat berpijak dan arah pandang seseorang bisa melahirkan perbedaan hasil pandangan. Demikian pula hasil kerja akal dan hati. Hati manusia sekali senang sekali susah, sekali benci dan sekali rindu, tingkat-tingkatnya pun berbeda-beda walaupun obyek yang dibenci dan dirindui sama. Hasil penalaran akal pun dapat berbeda, boleh jadi ada yang sangat jitu dan tepat, dan ada pula yang merupakan kesalahan fatal. Kepala sama berambut, tetapi pikiran bisa berbeda-beda. Alat-alat potensial yang diberikan oleh Allah kepada manusia tersebut ada yang hanya bisa menangkap obyek-obyek yang bersifat material, seperti pendengaran as-sam’ dan penglihatan al-bashar, dan ada pula yang bisa menangkap obyek-obyek immaterial, yaitu al-af’idah akal pikiran dan hati atau qalbu. Dalam pandangan al-Qur’an ada obyek-obyek yang tidak bisa ditangkap oleh indera pendengaran dan penglihatan, bahkan oleh akal pikiran betapapun tajamnya mata kepala dan pikiran seseorang. Misalnya masalah hakikat Allah, surga, neraka, malaikat, shalat subuh harus dua raka’at sedangkan shalat dhuhur empat rakaat, segala tindakan manusia yang tampak dan tersembunyi akan dilihat oleh Allah dan dicatat oleh malaikat Raqib dan Atid, masalah nasib manusia dan lain-lainnya, adalah contoh-contoh obyek yang tidak bisa ditangkap dengan akal pikiran. Yang dapat menangkapnya hanyalah hati melalui wahyu, ilham atau intuisi. Karena itu, al-Qur’an di samping menuntun dan mengarahkan pendengaran dan penglihatan, juga memerintahkan agar mengasah akal daya pikir dan mengasuh daya qalbu. Demikian uniknya alat-alat potensial dengan berbagai daya dan kemampuannya yang dimiliki oleh manusia itu dan merupakan nikmat Allah yang patut disyukuri. Karena itu dalam ayat tersebut di atas diakhiri dengan kalimat la’allakum tasykurun supaya kamu bersyu­kur. Menurut Muhammad Abduh, bahwa yang dinamakan syukur itu tiada lain kecuali menggunakan nikmat anugerah sesuai dengan fungsinya, dan sesuai dengan kehendak yang menganugerahkannya yaitu Allah SWT.. Memfungsikan dan memberdayakan as-sam’, al-abshar dan al-af’idah secara optimal dalam kehidupan sehari-hari merupakan perwujudan dari syukur kepada-Nya. Dilihat dari proses kejadiannya, manusia itu terdiri atas dua substansi, yaitu 1 substansi jasad/materi, yang bahan dasarnya adalah dari materi yang merupakan bagian dari alam semesta ciptaan Allah SWT. dan dalam pertumbuhan dan perkem­bangannya tunduk pada dan mengikuti sunnatullah aturan, ketentuan, hukum Allah yang berlaku di alam semesta; 2 substansi immateri/non jasadi, yaitu penghembusan/peniupan ruh ciptaanNya ke dalam diri manusia, sehingga manusia merupakan benda organik yang mempunyai hakekat kemanusiaan serta mempunyai berbagai alat potensial dan fitrah. Atau menurut al-Farabi, manusia itu terdiri atas dua unsur, yaitu 1 satu unsur berasal dari ’alam al-khalq; dan 2 satu unsur berasal dari ’alam al-amr ruh dari perintah Tuhan. Dari kedua substansi tersebut, maka yang paling esen­sial adalah substansi immateri atau ruhnya. Jasad hanyalah alat ruh di alam nyata. Suatu ketika alat jasad itu terpisah dari ruh. Perpisahan itulah yang disebut dengan peristiwa maut. Yang mati adalah jasad, sedangkan ruh akan melanjutkan eksisten­sinya di alam barzah. Manusia yang terdiri atas dua substansi itu, telah dilengkapi dengan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar atau disebut fitrah, yang harus diaktualkan dan atau ditumbuhkembangkan dalam kehidupan nyata di dunia ini mela­lui proses pendidikan, untuk selanjutnya dipertanggung-jawab­kan di hadapanNya kelak di akhirat. Menurut Abdul Fattah Jalal 1977, bahwa alat-alat potensial manusia yang siap digunakan untuk memperoleh dan mencapai pengetahuan adalah sebagai berikut 1 Al-lams dan al-syum alat peraba dan alat penciuman/ pembau, sebagaimana firman Allah dalam al-An’am ayat 7 dan Yusuf ayat 94; 2 Al-Sam’u alat pendengaran. Penyebutan alat ini dihubungkan dengan penglihatan dan qalbu, yang menun­jukkan adanya saling melengkapi antara berbagai alat itu untuk mencapai ilmu pengetahuan. Sebagaimana firman Allah dalam al-Isra’ ayat 36, al-Mukminun ayat 78, al-Sajdah ayat 9, al-Mulk ayat 23, dan seba­gainya; 3 Al-abshar penglihatan. Banyak ayat al-Qur’an yang menyeru manusia untuk melihat dan merenungkan apa yang dilihatnya, sehingga dapat mencapai hakekatnya. Seba­gaimana firman Allah dalam al-A’raf ayat 185, Yunus ayat 101, al-Sajdah ayat 27, dan sebagainya; 4 Al-’aql akal atau daya berfikir. Al-Qur’an memberi­kan perhatian khusus terhadap penggunaan akal dalam berfikir, sebagaimana firman Allah dalam Ali Imran ayat 191. Al-Qur’an menjelaskan bahwa Islam tegak di atas pemikiran, sebagaimana firmanNya dalam al-An’am ayat 50. Dalam al-Qur^an dinyatakan bahwa penggunaan akal memungkinkan diri manusia untuk terus ingat dzikr dan memikirkan/merenungkan cip­taanNya, sebagaimana firmanNya dalam al-Ra’d ayat 19. Dan penggunaan akal memungkinkan manusia mengeta­hui tanda-tanda kebesaran/keagungan Allah serta mengambil pelajaran daripadanya. Dalam beberapa ayat, kata al-nuha digunakan sebagai makna al-’uqul sebagai­mana firmanNya dalam Thaha ayat 53-54, dan seba­gainya; 5 Al-Qalb kalbu. Hal ini termasuk alat ma’rifah yang digunakan manusia untuk dapat mencapai ilmu, sebagai­mana firmanNya dalam al-Hajj ayat 46, Muhammad ayat 24 dan sebagainya. Qalbu ini mempunyai kedu­dukan khusus dalam ma’rifah ilahiyah, dengan qalbu manusia dapat meraih berbagai ilmu serta ma’rifah yang diserap dari sumber Ilahi. Dan wahyu itu sendiri diturunkan ke dalam qalbu Nabi Muhammad SAW. sebagai­mana firmanNya dalam al-Syu’ara’ ayat 192-194. Di samping itu Al-Maraghi dalam tafsirnya menjelaskan bahwa manusia itu telah diberi hidayah oleh Allah secara bertingkat-tingkat. Pengertian hidayah di sini, sebagaimana dikemu­kakan oleh Muhammad Rasyid Ridla, ialah petunjuk halus yang memudahkan seseorang untuk mencapai sesuatu yang dicari atau mencapai tujuan. Macam-macam hidayah yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia ialah 1 hidayah al-ilhami instink, yakni renyut hati gerak hati, impuls yang terdapat dalam bakat manusia maupun binatang. Termasuk di dalamnya nafsu, dorongan untuk melakukan sesuatu, doron­gan tersebut tidak berdasarkan suatu pikiran. Atau dengan kata lain dorongan yang bersifat animal, tidak berda­sarkan pikir panjang; 2 hidayah al-hawasi indera, yaitu alat badani yang peka terhadap rangsangan dari luar, yang meliputi al-bashirah indera penglihatan, al-sami’ah indera pendengaran, hassah al-tha’m indera pengecap, hassah al-syum indera pembau/penciuman, dan hassah al-lams indera perabaan; 3 hidayah al-’aql hidayah akal budi; 4 hidayah al-adyani atau hidayah agama; dan 5 hidayah al-taufiqi atau hidayah al-ma’unah. Hidayah yang pertama dan kedua dianugerahkan baik kepada manusia maupun hewan; hidayah yang ketiga sampai dengan yang kelima hanya diberikan kepada manusia. Dan hidayah yang kelima tersebut yang tertinggi semata-mata monopoli Allah, Nabi sekalipun tidak berkompeten untuk memberi hidayah tingkat tertinggi itu. Sebagai contoh, Nabi SAW. tidak mampu memberi hidayah tingkat kelima itu kepada paman beliau, Abu Thalib, yang mencintai beliau dan sangat beliau cintai. Sebagaimana firmanNya dalam al-Qashash ayat 56, yang maksudnya bahwa “Engkau Muhammad tidak akan bisa memberi hidayah al-taufiqi/al-ma^unah ini kepada siapapun yang engkau cintai. Allahlah yang berkenan menganugerahkan hidayah tersebut kepada siapa saja yang dikehendakiNya”. Dalam diskursus perbincangan para filosof Islam, manusia itu mempunyai bermacam-macam alat potensial dengan berbagai kemam­puannya yang sangat unik. Menurut mereka bahwa dalam diri manusia itu terdapat tiga macam jiwa sebagai berikut Pertama, jiwa tumbuh-tumbuhan al-nafs al-nabatiyah, yang mempunyai tiga daya, yaitu daya makan, daya tumbuh, dan daya membiak. Kedua, jiwa binatang al-nafs al-hayawaniyah, yang memiliki dua daya, yaitu daya penggerak al-muharri­kah, dan daya mencerap al-mudrikah. Daya penggerak bisa berbentuk nafsu al-syahwah serta amarah al-ghadlab, dan bisa berbentuk gerak tempat al-harakah al-makaniyah. Daya mencerap terbagi dua, yaitu daya mencerap dari luar melalui pancaindera lahir pengliha­tan. pendengaran, penciuman, perasaan lidah, dan perasaan tubuh; dan daya mencerap dari dalam melalui pancaindera batin, yang meliputi 1 indera bersama al-hiss al-musytarak bertempat di bagian depan dari otak dan ber­fungsi menerima kesan-kesan yang diperoleh dari pancain­dera luar dan meneruskannya ke indera batin berikutnya; 2 indera penggambar al-khayal, juga bertempat di bagian depan dari otak, tugasnya ialah melepaskan kesan-kesan yang diteruskan indera bersama dari materinya; 3 indera pengreka al-mutakhayyalah, yang bertempat di bagian tengah dari otak, mengatur gambar-gambar yang telah dilepaskan dari materi itu dengan memisah-misah dan kemudian memperhubungkannya satu dengan yang lain; 4 indera penganggap al-wahmiyah, juga bertempat di bagian tengah dari otak, mempunyai fungsi menangkap arti-arti yang dikandung gambaran-gambaran itu; 5 indera pengin­gat al-hafidhah, yang bertempat di bagian belakang dari otak, menyimpan arti-arti yang ditangkap indera pengang­gap. Ketiga, jiwa manusia al-nafs al-insaniyah yang hanya mempunyai daya berfikir yang disebut akal. Akal ini terbagi dua, yaitu akal praktis yang menerima arti-arti yang berasal dari materi melalui indera pengingat yang ada pada jiwa binatang; dan akal teoretis yang menangkap arti-arti murni, arti-arti yang tak pernah ada dalam materi, seperti Tuhan, roh dan malaikat. Dengan demikian, akal praktis memusatkan perhatian kepada alam materi, menangkap kekhususan particulars, sedangkan akal teore­tis bersifat metafisis, yang mencurahkan perhatian kepada dunia immateri dan menangkap keumuman universals. Selanjutnya akal teoretis mempunyai empat derajat, yaitu 1 akal materiil al-’aql al-hayulani yang merupakan potensi belaka, dalam arti akal yang kesanggu­pannya untuk menangkap arti-arti murni, arti-arti yang tak pernah berada dalam materi, belum keluar; 2 akal bakat al-’aql bi al-malakah, yakni akal yang kesanggu­pannya berfikir secara murni abstrak telah mulai keliha­tan, ia telah dapat menangkap pengertian dan kaidah umum, seperti seluruh lebih besar dari bagian; 3 akal aktual al-’aql bi al-fi’l, yakni akal yang telah lebih mudah dan telah lebih banyak dapat menangkap pengertian dan kaidah umum dimaksud, dan akal aktual ini merupakan gudang bagi arti-arti abstrak itu, yang dapat dikeluarkan setiap kali dikehendaki; dan 4 akal perolehan al-’aql al-mustafad, yakni akal yang di dalamnya arti-arti abstrak tersebut selamanya sedia untuk dikeluarkan dengan mudah sekali. Akal dalam derajat keempat inilah yang tertinggi dan terkuat dayanya, yang dimiliki filosof, dan yang dapat memahami alam murni abstrak yang tak pernah berada dalam materi. Di samping itu, manusia juga mempunyai potensi-potensi dasar yang disebut dengan ”fitrah”. Dari segi bahasa sebagaimana dijelaskan dalam Kamus Al-Munjid, fitrah berarti “ciptaan, sifat tertentu yang mana setiap yang maujud disifati dengannya pada awal masa penciptaannya, sifat pembawaan manusia yang ada sejak lahir, agama, as-sunnah”. Al-Asfahani, ketika menjelas­kan makna fitrah dari segi bahasa, ia mengungkapkan kalimat “fathara Allah al-khalq”, yang maksudnya Allah mewujudkan sesuatu dan menciptakannya bentuk/keadaan kemampuan untuk melakukan perbuatan-perbuatan. Sedangkan maksud fitrah Allah, sebagaimana dalam al-Rum ayat 30, adalah suatu kekuatan/daya untuk mengenal/mengakui Allah keimanan kepadaNya yang menetap/menancap di dalam diri manusia. Dengan demikian, makna fitrah adalah suatu kekuatan atau kemampuan potensi terpendam yang menetap/menancap pada diri manusia sejak awal keja­diannya, untuk komitmen terhadap nilai-nilai keimanan kepadaNya, cenderung kepada kebenaran hanif, dan poten­si itu merupakan ciptaan Allah. Menurut Langgulung, bahwa ketika Allah menghembuskan/meniupkan ruh pada diri manusia pada proses kejadian manusia secara non fisik/immateri, maka pada saat itu pula manusia dalam bentuknya yang sempurna mempunyai sebagian sifat-sifat ketuhanan sebagaimana yang tertuang dalam al-Asma’ al-Husna, hanya saja kalau Allah serba Maha, sedangkan manusia hanya diberi seba­giannya. Sebagian sifat-sifat ketuhanan yang menancap pada diri manusia dan dibawanya sejak lahir itulah yang disebut fitrah. Misalnya al-’Aliim Maha Mengetahui, manusia juga diberi kemampuan/potensi untuk mengetahui sesuatu; al-Rahman Maha Pengasih dan al-Rahiim Maha Penyayang, manusia juga diberi kemampuan untuk mengasihi dan menyayangi orang lain; al-’Afuw al-Ghafur Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun, manusia juga diberi kemam­puan untuk memaafkan dan mengampuni kesalahan orang lain; al-Khaliq Maha Pencipta, manusia juga diberi kemampuan untuk mengkreasi sesuatu, membudayakan alam; al-Lathif al-Khabir Maha Lembut lagi Maha Mengetahui segala sesua­tu yang nampak maupun tersembunyi, manusia juga diberi kemampuan/ potensi untuk merahasiakan sesuatu atau dirin­ya dan kemampuan mengetahui fenomena sosial atau rahasia alam; al-Qadir Maha Kuasa, manusia juga diberi kemam­puan untuk berkuasa; al-’Adil Maha Adil, manusia juga diberi kemampuan untuk berlaku adil; al-Murid Maha Berkehendak, manusia juga diberi potensi untuk berkehen­dak, mempunyai motivasi untuk berbuat; al-Hadi Maha Pemberi Petunjuk, manusia juga diberi kemampuan untuk mendidik atau memberi pengajaran; demikian seterusnya. Pemahaman tentang fitrah manusia juga bisa dikaji dari ajaran agama Islam sebagaimana yang ditunjukkan dalam al-Qur’an dan as-sunnah, karena di dalam al-Rum ayat 30 dinyatakan bahwa agama Islam bersesuaian benar dengan fitrah manusia. Ajaran Islam – yang hendaknya dipatuhi oleh manusia – itu sarat dengan nilai-nilai Ilahiyah yang universal dan manusiawi yang patut dikembangkan dalam berbagai aspek kehidupan manusia. Bahkan segala perintah dan laranganNya pun erat berhubungan dengan fitrah manu­sia. Bila ditinjau dari aspek tersebut, maka fitrah manusia itu cukup banyak macamnya, yang terpenting di antaranya, yaitu 1 fitrah beragama, yang merupakan potensi bawaan yang mendorong manusia untuk selalu pasrah, tunduk dan patuh kepada Tuhan yang menguasai dan mengatur segala aspek kehidupan manusia; dan fitrah ini merupakan sentral yang mengarahkan dan mengontrol perkembangan fitrah-fitrah lainnya; 2 fitrah berakal budi merupakan potensi bawaan yang mendorong manusia untuk berfikir dan berdzikir dalam memahami tanda-tanda keagun­gan Tuhan yang ada di alam semesta, berkreasi dan berbu­daya, serta memahami persoalan dan tantangan hidup yang dihadapinya dan berusaha memecahkannya; 3 fitrah keber­sihan dan kesucian, yang mendorong manusia untuk selalu komitmen terhadap kebersihan dan kesucian diri dan lingkungannya; 4 fitrah bermoral/berakhlak, yang mendorong manusia untuk komitmen terhadap norma-norma atau nilai-nilai dan aturan yang berlaku; 5 fitrah kebenaran, yang mendorong manusia untuk selalu mencari dan mencapai kebenaran; 6 fitrah kemerdekaan yang mendorong manusia untuk bersikap bebas/merde­ka, tidak terbelenggu dan tidak mau diperbudak oleh sesuatu yang lain kecuali oleh keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan; 7 fitrah keadilan yang mendorong manusia untuk berusaha menegakkan keadilan di muka bumi; 8 fitrah persamaan dan persatuan yang mendorong manusia untuk mewujudkan persamaan hak serta menentang diskriminasi ras, etnik, bahasa, dan sebagainya, dan berusaha menjalin kesatuan dan persatuan di muka bumi; 9 fitrah individu yang mendorong manusia untuk bersikap mandiri, bertanggung jawab atas segala tindakan yang dilakukan, mempertahankan harga diri dan kehormatannya, serta menjaga keselamatan diri dan hartanya; 10 fitrah sosial yang mendorong manusia untuk hidup bersama, bekerjasama, bergotong royong, saling membantu dan sebagainya; 11 fitrah seksual yang mendorong seseorang untuk mengembangkan keturunan berkembang biak, melanjutkan keturunan, dan mewariskan tugas-tugas kepada generasi penerusnya; 12 fitrah ekonomi yang mendor­ong manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya melalui aktivitas ekonomi; 13 fitrah politik yang mendorong manu­sia untuk berusaha menyusun suatu kekuasaan dan institusi yang mampu melindungi kepentingan bersama; 14 fitrah seni yang mendorong manusia untuk menghargai dan mengembang­kan kebutuhan seni dalam kehidupannya; dan fitrah-fitrah lainnya. Alat-alat potensial dan berbagai potensi dasar atau fitrah manusia tersebut harus ditumbuhkembangkan secara optimal dan terpadu melalui proses pendidikan sepanjang hayatnya. Manusia diberi kebebasan/kemerdekaan untuk berikhtiar mengembangkan alat-alat potensial dan potensi-potensi dasar atau fitrah manusia tersebut. Namun demi­kian dalam pertumbuhan dan perkembangannya tidak bisa dilepaskan dari adanya batas-batas tertentu, yaitu adanya hukum-hukum yang pasti dan tetap yang menguasai alam, hukum yang menguasai benda-benda maupun masyarakat manu­sia sendiri, yang tidak tunduk dan tidak pula bergantung kepada kemauan manusia. Hukum-hukum inilah yang disebut dengan taqdir “Keharusan Universal” atau “kepastian umum” sebagai batas akhir dari ikhtiar manusia dalam kehidupannya di dunia. Di samping itu, pertumbuhan dan perkembangan alat-alat potensial dan fitrah manusia itu juga dipengaruhi oleh faktor-faktor hereditas, lingkungan alam dan geografis, lingkungan sosio-kultural, sejarah dan faktor-faktor temporal. MAKALAH MANUSIA DAN KEBUTUHAN DOKTRIN AGAMA Makalah ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Metodologi Studi Islam MSI Dosen Pengampu Aliyandi A. Lumbu, Disusun Oleh Aisyah Azzahra 1803012003 Lilian Dona Putri Bunga 1803011003 FAKULTAS USHULUDDIN, ADAB DAN DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI IAIN METRO KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Wr. Wb Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan hidayahnya kelompok kami dapat menyelesaikan tugas ini. Tak lupa pula kami ucapkan salam dan shalawat kepada nabi Muhammad SAW, karena beliaulah yang telah menghantarkan kita dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh berkah. Makalah kami susun untuk memenuhi tugas kelompok Metodologi Studi Islam dan diharapkan pembaca dapat memahami dan memperluas ilmu tentang “Manusia dan Kebutuhan Doktrin Agama” yang kami sajikan berdasarkan pengamatan dari berbagai dari itu kami mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah makalah ini bermanfaat bagi makalah ini memiliki kelebihan dan penyusun mohon saran dan kritiknya yang bersifat kasih. Wassalamua’laikum Wr. Wb Metro, 14 Oktober 2018 Penulis DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.......................................................................................... i KATA PENGANTAR....................................................................................... ii DAFTAR ISI...................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang................................................................................... 1 B. Rumusan Masalah............................................................................... 1 C. Tujuan Penulisan................................................................................. 1 BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Agama................................................................................... 2 B. Agama dan Perkembangannya........................................................... 3 C. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama .............................................. 4 D. Fungsi Agama dalam Kehidupan....................................................... 6 E. Rasa Ingin Tahu Manusia................................................................... 7 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan......................................................................................... 8 B. Saran................................................................................................... 8 DAFTAR PUSTAKA BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seperti makhluk-makhluk lainnya, manusia adalah ciptaan mempunyai dua fungsi yaitu individu dan fungsinya sebagai makhluk individu, manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, misalnya pendidikan, kesehatan, kebahagiaan dan sebagainya, sedangkan secara social manusia memerankan fungsinya sebagai makhluk sosial yang hidup dan berinteraksi dengan masyarakat. Petunju-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat di dalam sumber ajarannya, Alquran dan hadist, tampak amat ideal dan agung. Islam mengajarkan kehidupan dinamis dan progresif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian sosial, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis,berorientasi pada kualitas, kemitraan, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan sikap-sikap positif lainnya. B. Rumusan Masalah 1. Apa Definisi Agama ? 2. Bagaimana Agama dan Perkembangannya? 3. Bagaimana Kebutuhan Manusia Terhadap Agama ? 4. Apa Fungsi Agama Dalam Kehidupan ? 5. Apa Rasa Ingin Tahu Manusia ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui Definisi Agama 2. Untuk mengetahui Agama dan Perkembangannya 3. Untuk mengetahui Kebutuhan Manusia Terhadap Agama 4. Untuk mengetahui Fungsi Agama Dalam Kehidupan 5. Untuk mengetahui Rasa Ingin Tahu Manusia BAB II PEMBAHASAN A. Definisi Agama Agama dalam bahasa Arab berarti “Addin” yang artinya kepatuhan, kekuasaan, atau secara etimologis juga berasal dari bahasa Sanskerta dari gabungan “a” yang artinya tidak dan “gama” artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau. Maksudnya orang yang memeluk agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya dengan sungguh, hidupnya tidak akan mengalami kekacauan. Agama juga merupakan terjemahan dari bahasa Inggris, “religion” atau religi yang artinya kepercayaan dan penyembahan Tuhan. Secara terminologi menurut sebagian orang, agama merupakan sebuah fenomena yang sulit Smith mengatakan, "Tidak berlebihan jika kita katakan bahwa hingga saat ini belum ada definisi agama yang benar dan dapat diterima".Meski demikian, para cendekiawan besar dunia memiliki definisi, atau yang lebih tepatnya kita sebut dengan kesimpulan mereka tentang fenomena agama. Agama adalah sistem yang menyatu mengenai berbagai kepercayaan dan peribadatan yang berkaitan dengan benda-benda sakral, yakni katakanlah, benda-benda yang terpisah dan terlarang kepercayaan-kepercayaan dan peribadatan-peribadatan yang komunitas moral yang disebut gereja. Langkah lebih lanjut yang menimpang dari pendefinisian agama hanya dengan mengacu kepercayaan-kepercayaan diambil oleh para sarjana yang secara eksplisit memilih definisi fungsional.[1] Dilihat dari aspek duniawinya, atau lebih tepat dalam kehidupan masyarakat, agama merupakan sumber nilai dan kekuatan mobilisasi yang sering menimbulkan konflik dalam sejarah umat manusia. Selanjutnya, karena banyaknya definisi tentang agama yang dikemukakan oleh para Ahli, Harun Nasution mengatakan bahwa agama dapat diberi definisi sebagai berikut 1. Pengakuan adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi. 2. Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia. 3. Mengikatkan diri pada suatu bentuk hidup yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia yang mempengaruhi perbuatan manusia. 4. Kepercayaan pada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu. 5. Suatu sistem tingkah laku yang berasal dari kekuatan gaib. terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber pada suatu kekuatan gaib. 6. Pemujaan kekuatan gaib yang timbul dari perasaan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia. 7. Yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rosul Jadi, agama adalah suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang mutlak, yang dimana keyakinan tersebut dianggap yang paling benar. B. Agama dan Perkembangannya Daerah pertama dari kepulauan Indonesia yang dimasuki Islam adalah pantai barat pulau Sumatra dan daerah Pasai yang terletak di Aceh utara . Hal ini mudah diterima akal, karena wilayah Sumatera bagian Utara letaknya di tepi Selat Malaka, tempat lalu lintas kapal-kapal dagang dari India ke Cina.[2] Para pedagang dari India, yakni bangsa Arab, Persi dan Gujarat, yang juga para mubalig Islam, banyak yang menetap di bandar-bandar sepanjang Sumatera Utara. Mereka menikah dengan wanita-wanita pribumi yang sebelumnya telah di-Islamkan, sehingga terbentuklah keluarga-keluarga muslim. Selanjutnya mereka mensyiarkan Islam dengan cara yang bijaksana, baik dengan lisan maupun sikap dan perbuatan, terhadap sanak famili, para tetangga, dan masyarakat sekitarnya. Sikap dan perbuatan mereka yang baik, kepandaian yang lebih tinggi, kebersihan jasmani dan rohani, sifat kedermawanan serta sifat-sifat terpuji lainnya yang mereka miliki menyebabkan para penduduk hormat dan tertarik pada Islam, dan tertarik masuk Islam. Hingga akhirnya berdiri kerajaan Islam pertama, yaitu Samudra Pasai. Kerajaan ni berdiri pada tahun 1261 M, di pesisir timur Laut Aceh Lhokseumawe Aceh Utara, rajanya bernama Marah Silu, bergelar Sultan Al-Malik As-Saleh. Seiring dengan kemajuan kerajaan Samudra Pasai yang sangat pesat, pengembangan agama Islam pun mendapat perhatian dan dukungan penuh. Para ulama dan mubalignya menyebar ke seluruh Nusantara, ke pedalaman Sumatera, peisir barat dan utara Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Ternate, Tidore, dan pulau-pulau lain di kepulauan Maluku. Itulah sebabnya di kemudian hari Samudra Pasai terkenal dengan sebutan Serambi Mekah. C. Kebutuhan Manusia Terhadap Agama Secara naluri, manusia mengakui kekuatan dalam kehidupan ini di luar dapat dilihat ketika manusia mengalami kesulitan hidup, musibah, dan berbagai mengeluh dan meminta pertolongan kepada sesuatu yang serba maha, yang dapat membebaskannya dari keadaan itu. Naluriah ini membuktikan bahwa manusia perlu beragama dan membutuhkan Sang Khaliknya. Karena kebutuhan manusia terhadap agama dapat disebabkan karena masalah prinsip dasar kebutuhan menjelaskan perlunya manusia terhadap agama sebagai tiga faktor yang menyebabkan manusia memerlukan agama. Yaitu 1. Faktor Kondisi Manusia Kondisi manusia terdiri dari beberapa unsur, yaitu unsur jasmani dan unsur menumbuhkan dan mengembangkan kedua unsur tersebut harus mendapat perhatian khusus yang jasmani membutuhkan pemenuhan yang bersifat fisik tersebut adalah makan-minum, bekerja, istirahat yang seimbang, berolahraga, dan segala aktivitas jasmani yang rohani membutuhkan pemenuhan yang bersifat psikis mental tersebut adalah pendidikan agama, budi pekerti, kepuasan, kasih sayang, dan segala aktivitas rohani yang seimbang. Status manusia adalah sebagai makhluk ciptaan Allah yang paling sempurna. Jika dibanding dengan makhluk lain, Allah menciptakan manusia lengkap dengan berbagai kesempurnaan, yaitu kesempurnaan akal dan pikiran, kemuliaan, dan berbagai kelebihan lainnya. Dalam segi rohaniah manusia memiliki aspek rohaniah yang adalah satu-satunya yang mempunyai akal dan manusia pulalah yang mempunyai kata dengan kelengkapan itu Allah menempatkan mereka pada permukaan yang paling atas dalam garis horizontal sesama akalnya manusia mengakui adanya hati nuraninya manusia menyadari bahwa dirinya tidak terlepas dari pengawasan dan ketentuan Allah. Dan dengan agamalah manusia belajar mengenal Tuhan dan agama juga mengajarkan cara berkomunikasi dengan sesamanya, dengan kehidupannya, dan lingkungannya. 3. Faktor Struktur Dasar Kepribadian Dalam teori psikoanalisis Sigmun Freud membagi struktur kepribadian manusia dengan tiga bagian. Yaitu Aspek Das es yaitu aspek ini merupakan sistem yang orisinal dalam kepribadian manusia yang berkembang secara alami dan menjadi bagian yang subjektif yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan dunia objektif. D. Fungsi Agama Dalam Kehidupan Manusia adalah mahluk yang memiliki rasa keagamaan, kemampuan untuk memahami dan mengamalkan nilai manusia didunia yaitu ibadah dan mengabdi kepadanya. Fungsi agama yaitu sebagai pustaka kebenaran, dimana agama diibaratkan sebagai suatu gedung perpustakaan dapat dijadikan suatu pedoman dalam mengambil suatu keputusan antara yang benar dan yang salah.[3] Manusia menyelesaikan tantangan-tantangan hidup dengan menggunakan agama, karena manusia percaya dengan keyakinan yang kuat bahwa agama memiliki kesanggupan dalam menolong manusia. Fungsi agama dalam kehidupan antara lain Agama memberikan bimbingan dan pengajaaran tentang boleh tidaknya suatu perbuatan, cara beribah, dll dengan perantara petugas-petugasnya fungsionaris. Agama membantu manusia untuk mengenal sesuatu “yang sakral” dan “makhluk teringgi” atau Tuhan dan berkomunikasi dengan-Nya. Sehingga dalam yang hubungan ini manusia percaya dapat memperoleh apa yang ia inginkan. 3. Fungsi Pengawasan Sosial Agama mengamankan dan melestarikan kaidah-kaidah moral yang dianggap baik dari serbuan destruktif dari agama baru dan dari system hokum Negara modern. 4. Fungsi Memupuk Persaudaraan Kesatuan persaudaraan atas dasar se-iman, merupakan kesatuan tertinggi karena dalam persatuan ini manusia bukan hanya melibatkan sebagian dari dirinya saja melainkan seluruh pribadinya dilibatkan. Mengubah bentuk kehidupan baru atau mengganti nilai-nilai lama dengan menanamkan nilai-nilai baru yang lebih bermanfaat.[4] E. Rasa Ingin Tahu Manusia Manusia lahir tanpa mengetahui sesuatu ketika yang diketahuinya hanya “saya tidak tahu”. Petunjuk Allah, akal dan segala potensi manusia, ilmu dan teknologi sebagai produk dari akal, adalah untuk melaksanakan program hidup melaksanakan program hidup dan alat untuk mencapai tujuan hidup manusia. Baik disadari maupun tidak disadari, akal dan potensi yang dimiliki manusia terbatas dalam memenuhi segala hajatnya, manusia hanya dapat mecoba, mempelajari, meneliti, memahami dan memanfaatkan yang ada pada dirinya dan yang ada pada alam semesta.[5] Keterbatasan panca indra dan akal menjadikan sebagian banyak tanda tanya yang muncul dalam benaknya tidak dapat terjawab. Hal ini dapat mengganggu perasaan dan jiwanya yang semakin mendesak pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin gelisah apabila tak ini yang disebut rasa ingin tahu manusia. Manusia membutuhkan informasi yang akan menjadi syarat kebahagiaan dirinya. Dari ulasan sederhana di atas dapat disimpulkan bahwa agama sangat diperlukan oleh manusia sebagai pegangan hidup sehingga ilmu dapat menjadi lebih bermakna, yang dalam hal ini adalah Islam. Agama Islam adalah agama yang selalu mendorong manusia untuk mempergunakan akalnya memahami ayat-ayat kauniyah Sunnatullah yang terbentang di alam semesta dan ayat-ayat qur’aniyah yang terdapat dalam Al-Quran, menyeimbangkan antara dunia dan akhirat. Dengan ilmu kehidupan manusia akan bermutu, dengan agama kehidupan manusia akan lebih bermakna, dengan ilmu dan agama kehidupan manusia akan sempurna dan bahagia. Penulis menyadari penyusunan tugas ini masih banyak kekeliruan dan kesalahan, maka dari itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca yang sifatnya membangun. Semoga makalahi ini dapat bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan bagi penulis khusunya. DAFTAR PUSTAKA Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam. Bogor Ghalia Indonesia,2005 Atang Abdul Hakim, Jaih Mubarok Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung Remaja Rosdakarya,2009 Betty R. Scharf, Sosiologi Agama, Jakarta Prenada Media, 2004 Endang Saifuddin Anshari. Ilmu, Filsafat Dan Agama. Surabaya PT. Bina Ilmu, 1982 Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta. CV. Rajawali Press, 1998 [1] Betty R. Scharf, Sosiologi Agama, Jakarta Prenada Media, 2004, [2] Aminuddin, dkk, Pendidikan Agama Islam. Bogor Ghalia Indonesia,2005, [3] Endang Saifuddin Anshari. Ilmu, Filsafat Dan Agama. Surabaya PT. Bina Ilmu, 1982, [4] Atang Abdul Hakim, Jaih Mubarok Mubarok. Metodologi Studi Islam. Bandung Remaja Rosdakarya,2009, [5] Nata, Abuddin. Metodologi Studi Islam. Jakarta. CV. Rajawali Press, 1998,

manusia dan kebutuhan doktrin agama